SUARA NEGERI ■ Pandemik covid-19 masih menunjukkan eksistensinya, pasien positif juga terus bertambah seiring dengan konfirmasi yang terus dilakukan oleh pemerintah pusat. Meski demikian, sistem pendidikan masih mencoba beradaptasi dan berjalan sesuai dengan keadaan dunia yang sedang tidak baik-baik saja.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, para mahasiswa berusaha dan berjuang memberikan asupan pengetahuan agar pemikiran terus tumbuh, wawasan ilmu pengetahuan menjadi bekal yang sangat dibutuhkan dan tidak boleh mati.
Itulah yang diutarakan oleh salah satu alumni mahasiswa dari Yayasan Pendidikan Makassar (Yapma), fakultas Hiperkes (Higiene perusahaan), jurusan AK3 (Kesehatan dan keselamatan kerja) saat berbagi cerita pengalamannya kepada media, pada Selasa (17/11/2020).
"Belajar di rumah saja adalah pilihan yang terbaik, disusul dengan kebijakan yang tak terkalahkan dari Pemerintah terkait kegiatan belajar-mengajar akan terus dijalankan. Bahkan, mahasiswa akhir menjadi orang yang benar-benar diuji saat pandemik covid-19 ini, tidak hanya memberikan efek samping dalam bidang kesehatan namun juga pendidikan," ungkap Rinir Martin.
Ia juga menambahkan, pemberlakuan peraturan PSBB menimbulkan efek suka-duka yang dirasakan mahasiswa, beberapa bahagia karena waktu belajar akan sangat terpangkas dengan pembatasan-pembatasan tersebut. Namun, hal ini juga menimbulkan duka bagi beberapa orang seperti mahasiswa tingkat akhir.
Bimbingan online skripsi tidak efektif!
"Bimbingan online skripsi tidak efektif, curahan hati skripsinya yang harus berhenti karena dosen tidak mau mengoreksi skripsi secara online. Alasannya cukup masuk akal, tidak efektif dan lebih sulit untuk menjelaskan apa yang sebaiknya dikoreksi, ketika secara langsung saja belum tentu paham," tambahnya.
Pengerjaan Skripsi Jadi Lebih Lama!
Hal ini disebabkan pengambilan data atau penelitian di laboratorium tidak dapat dilakukan di kampus saat masa Pandemik, sehingga mahasiswa harus berfikir ulang untuk bagaimana mendapatkan data atau melakukan penelitian.
"Belum lagi sulitnya menghubungi dosen pembimbing, jika biasanya para mahasiswa akhir bisa memburu dosen dengan mendatangi ruangan atau menunggu seharian di luar kelas untuk bimbingan. Hal ini hampir mustahil dilakukan," ucapnya.
Saat ini yang bisa dilakukan oleh mahasiswa hanya menunggu balasan email revisi dari dosen atau sesekali mengirim pesan lewat Whatsapp berharap mendapatkan balasan dari dosen pembimbing.
Ribetnya Administrasi dan Ujian Pendadaran Online!
Mengurus administrasi secara online juga menjadi tantangan, harus mengkroscek ke sana-sini seperti dosen pembimbing, penguji, dan bagian administrasi yang semua hal ini harus dilakukan online. Bisa membayangkan betapa pusingnya.
"Ujian pendadaran juga harus online, harus siap jaringan yang kuat ketika harus presentasi lewat zoom atau platform lainnya dan hype saat pendadaran juga kurang terasa, dimana biasanya teman-teman dekat datang untuk memberikan dukungan dan membawa bunga. Hal ini sudah pasti tidak bisa dilakukan," sambungnya.
Punya Alasan Terlambat Lulus Gara-Gara Corona!
Kalau biasanya ditanyai oleh orang tua, “Kenapa skripsinya ngga kelar-kelar?” mahasiswa tingkat akhir biasanya harus putar otak untuk mencari alasan. Namun, pandemik COVID-19 ini menjadi alasan paling ampuh, dengan semua dalih dan keterbatasan hal ini cara paling efektif untuk berkelak karena pengerjaan skripsi tak kunjung selesai.
"Cara terbaik untuk berkeluh kesah dengan fenomena ini adalah memperbanyak diskusi dan berbagi dengan teman sebaya yang mengalami nasib yang sama, sehingga bisa menemukan lebih banyak referensi dan trik untuk mengatasinya. Tetap jaga kesehatan, kurangi jalan-jalan, perbanyak bahagia dan tetap bahagia serta selalu dalam keadaan sehat." tutupnya.
■ R-027