SUARA NEGERI ■ Pengenalan kampus mahasiswa baru STKIP PGRI Ponorogo kali ini benar-benar berbeda dengan kampus manapun. Umumnya, masa pengenalan diisi dengan kegiatan yang menuntut fisik dan membawa berbagai perbekalan yang nyeleneh. Konsep pengenalan itulah yang diubah Kampus Literasi dengan menghadirkan kegiatan yang bernuansa kreativitas, Rabu (15/9).
Tentu, tidak pernah terbayangkan mahasiswa baru akan memperoleh tugas sekaligus menjadi ajang untuk berkompetisi. Selaras yang diutarakan Qoni’atussalamah (mahasiswa baru Prodi PBSI), menganggap Orientasi Studi Mahasiswa (OSMA) akan menjenuhkan dan seperti pada umumnya.
“Tidak terbayangkan akan begini. Kami ternyata dituntut kreatif dalam membuat konten kreatif,” Ujarnya.
Membuat konten kreatif menjadi tugas utama mahasiswa baru Kampus Literasi. Dengan tiga tema telah disiapkan, yaitu Aku dan Buku, Aku dan Profesiku, dan Membaca Hidupku. Melalui tema itu. Mereka diharapkan mampu mengeksplorasi secara baik dengan dipadukan teknik dalam membuat konten kreatif itu sendiri.
Sebagai bekal membuat konten kreatif, mahasiswa mendapatkan arahan secara khusus dari tim Humas STKIP PGRI Ponorogo. Tim yang terdiri dari Ardian Pitra Satya Purnama, Sapta Arif Nur Wahyudin, dan Agus Setiawan. Secara bergantian mereka bercerita pengalaman bagaimana membangun konten Kreator.
Ardian Pitra Satya Purnama membuka materi dengan menayangkan tiga video. Tentu vidio tersebut bersumber dari para konten kreator yang sukses. Masing-masing vidio berisi tips baik dalam membangun maupun mengembangkan konten kreatif.
Menariknya, ketiga vidio tersebut merupakan sahabat dekat dengan Ardian. Sehingga, tahu betul akan lika-liku perjalanan dalam dunia konten kreator.
“Dahulu mereka sering datang ke kontrakan saya. Terlebih waktu-waktu gabut. Tidak disangka sekarang mereka telah sukses di jalan konten kreator,” ujar lelaki kelahiran Banyumas itu.
Ia juga menyampaikan tentang bagaimana menjadi konten kreator. Passion atau keahlian, pelajari audient, buat konten yang original, membangun relasi, dan selalu berpikir kritis untuk menjadi kreatif menjadi alur menjadi kreator yang sukses.
Ardian panggilan akrabnya, kagum dengan hasil konten kreatif mahasiswa. Terlebih untuk editing tidak ada yang menggunakan laptop melainkan handphone. Terlebih menggunakan berbagai aplikasi pendukung untuk editing.
“Dahulu handphone hanya untuk SMS dan telepon saja, sekarang digunakan berbagai hal. Semua berubah, kalian juga harus berubah seiring waktu,” tuturnya.
Di sisi lain, Sapta Arif Wahyudin memberikan informasi tentang media kampus. Media yang nantinya akan bersinggungan langsung dengan mahasiswa kedepannya. Baik untuk informasi dan juga publikasi berbagai kegiatan dan prestasi mahasiswa.
“Teman-teman ketika berprestasi nanti akan kami publish seperti ini,” ujarnya sambil menunjukkan beberapa mahasiswa berprestasi.
Selain media sosial berupa instagram, facebook, youtube, twitter. STKIP PGRI Ponorogo juga mempunyai lensasastra.id. Website apresiasi para penulis-penulis handal di Indonesia. Karya sastra berupa esai, artikel, puisi, cerpen, geguritan, cerkak, dan resensi buku akan tayang setiap minggunya.
“Kalian bisa mengirim karya terbaik di lensasastra.id Pastinya berhonor juga,” tutur lelaki yang tergabung dalam komunitas booktube itu.
Sedangkan, Agus Setiawan menyampaikan untuk menjadi konten kreator tidak cukup cerdas secara IT. Melainkan harus didukung dengan keahlian dalam menulis. Sebab, seorang kreator harus menyiapkan materi dahulu.
“Sangat penting keterampilan menulis sebagai seorang konten kreator. Banyak konten kreator sukses berangkat dari seorang wartawan, penulis, dan juga sastrawan. Mereka matang secara literasi,” ungkapnya saat menyampaikan materi.
Hasil konten kreatif mahasiswa nantinya akan dinilai menjadi tiga pemenang terbaik dan satu like terbanyak di instagram. Selain itu, pemenang akan mendapatkan sejumlah hadiah menarik dan karya dipublikasi di media sosial STKIP PGRI Ponorogo
Melalui konten kreatif ini mahasiswa baru diajak untuk memainkan peran sebagai calon guru dalam menyingkapi era perkembangan teknologi. Terlebih mampu menghadirkan konten-konten yang bermuatan edukasi yang mampu mencerdaskan generasi bangsa kedepan.
■ hms/Agus Setiawan