SUARA NEGERI | JAKARTA – Nilai tukar rupiah ambrol pada pukul 10.16 WIB. Kondisi rupiah turun 73,5 poin atau 0,47 persen menjadi Rp15.571,5 per dolar AS, pada Kamis (20/10).
Sementara mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah. Tercatat won Korea Selatan melemah 0,27 persen, dolar Singapura melemah 0,04 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,14 persen.
Lalu, yuan China minus 0,22 persen, peso Filipina minus 0,29 persen, yen Jepang minus 0,05 persen, dan dolar Hong Kong stagnan.
Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena sentimen negatif dari investor pada rupiah oleh outlook inflasi dan suku bunga BI ke depan.
Menurutnya, pasar menduga BI tidak akan melakukan kebijakan moneter, yakni menaikkan suku bunga acuan secara agresif karena inflasi masih terkendali.
Meski begitu, Lukman melihat BI malah akan menaikkan lagi suku bunga demi menekan pelemahan rupiah saat ini.
Pada pukul 10.16 WIB, rupiah turun 73,5 poin atau 0,47 persen menjadi Rp15.571,5 per dolar AS.
Sementara Indeks dolar AS naik 0,05 persen ke level 113,044.
Mengutip Bloomberg, pada Rabu (19/10/2022) rupiah ditutup melemah 0,22 persen atau 34,5 poin ke Rp15.498 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS kembali menguat 0,28 persen ke posisi 112,44. Sejalan dengan rupiah, yuan China terpukul paling dalam melemah 0,30 persen, disusul baht Thailand melemah 0,28 persen, won Korea Selatan melemah 0,27 persen dan peso Filipina melemah 0,27 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan dolar AS naik lebih tinggi, memantul dari level terendah dua minggu, setelah inflasi Inggris melonjak ke level tertinggi 40 tahun dan serangkaian komentar hawkish dari pejabat Fed.
Inflasi Inggris meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan September, dengan indeks harga konsumen naik menjadi 10,1 persen pada basis tahunan, menyamai level tertinggi 40 tahun yang dicapai pada Juli.
Dari sisi internal, dengan adanya ketidakpastian yang terutama diakibatkan oleh The Perfect Storm, sejumlah lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 berada pada kisaran 2,3 persen - 2,9 persen.
Proyeksi tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2022 yang berada pada kisaran 2,8 persen-3,2 persen. Saat gejolak terjadi Indonesia menjadi titik terang di tengah-tengah kesuraman ekonomi dunia.
“Titik terang tersebut bisa menambah tingkat kepercayaan pemimpin dunia terhadap perekonomian Indonesia dan ini bisa dibuktikan dari data neraca perdagangan Indonesia (NPI) dibulan September 2022 yang kembali surplus sebesar US$4,99 miliar pada September 2022, meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$5,71 miliar. Sehingga kepercayaan global akan semakin baik dan ini bisa membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kuartal III/2022,” jelasnya dalam riset, Rabu (19/10/2022).
Walaupun kondisi ekonomi Indonesia kemungkinan akan membaik, namun semua pihak untuk tetap berhati-hati dalam menyikapinya dan tetap waspada bahwa resesi di depan mata masih ada.
“Kita wajib bersyukur karena pertumbuhan ekonomi kita masih di angka 5,44 persen, dan saya masih meyakini di kuartal ketiga ini masih akan tumbuh di atas 5 persen, atau di atas 5,4 persen,” ungkapnya.
Untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp15.470 - Rp15.540 per dolar AS.