Anti kriminalisasi dalam politik
Dulu ketika mahasiswa, era dimana Orde Baru berusaha menggagalkan upaya kebangkitan keluarga Soekarno, Saya ikut larut untuk ikut mengawal perjuangan Megawati Soekarnoputri. Saat itu masih bernama PDI untuk partai yang diikutinya.
Masih mahasiswa kita bela dengan risiko tinggi walaupun hanya bagian kecil dari sekrup perjuangan. Banyak cara mengagalkannya termasuk saat Kongres PDI di Wisma Haji Surabaya dan lainnya. Di Bali selalu keliling dengan sepeda motor atau mobil berdesakan sekadar meramaikan ikut sembahyang keliling bersama Mega.
Saat itu saya tidak berpartai, hanya tidak suka politik memakai cara kriminalisasi untuk menjegal lawan. Kisah Kudatuli puncaknya.
Begitu PDI berubah menjadi PDIP banyak teman yang memilih masuk partai tetapi Saya memilih tetap sebagai wartawan saja. Banyak teman yang sukses di Jawa maupun di Bali. Saya menikmati karir sebagai wartawan saja sembari memperdalam ajaran Bung Karno.
Itu dulu....
Sekarang saya juga dengan perspektif berbeda mendampingi hampir dua belas tahun perjuangan menangkis upaya penggulingan jabatan ketua umum partai hingga akhirnya jalur hukum dipakai sebagai senjata pamungkas nya. Itu dialami Anas Urbaningrum (AU) . Sebelum kena jeratan hukum, peradilan opini dulu digalang baru digulung dengan tuduhan Gratifikasi mobil Harrier dalam proyek Hambalang. Akhirnya AU masuk bui dan di PK MA dinyatakan bersalah soal peristiwa Kongres PD dg tuduhan uang pemenangan Kongres dari fee proyek proyek APBN. Namun sampai skrg tidak disebutkan di proyek mana atau kementerian dan lembaga mana itu terjadi. Kasus Harrier Hambalang dinyatakan tidak terbukti oleh hakim PK MA.
Disangkanya Harrier di Hambalang Bogor, dihukumnya peristiwa Kongres PD di Bandung. Jabatan ketumnya hilang karena Harrier Hambalang, namun di bui karena korupsi yang belum jelas dimana peristiwanya.
Jika Mega dari PDI dirampas lalu membangun PDIP, maka AU dari PD disingkirkan paksa lalu kini menahkodai partai nomor urut sembilan yaitu PKN.
Dulu di era Mega saya hanya sekrup kecil tidak kelihatan, tetapi dalam perjuangan AU posisi saya bukan sekadar sekrup tetapi menjadi salah satu mesin utama untuk kebangkitannya kembali.
Apa yang dicari dari dua peristiwa yang pernah berjalan dalam hidup Saya itu? Kepuasan batin bisa ikut melawan prilaku kriminalisasi politik oleh kekuasaan.
Sisanya Saya anggap investasi Karma dalam menjaga Republik ini tetap dalam roh Pancasila khususnya sila Kedua dan kelima.
"Keadilan tidak mudah dihadirkan, tetapi harus tetap diperjuangkan" (GPS)