SUARA NEGERI | YOGYAKARTA — Masih ada waktu bagi Partai Golkar guna mendorong ketua umumnya, Airlangga Hartarto menjadi calon presiden (capres) pada Pilpres 2024.
Demikian disampaikan Gusti Anggoro, pengamat kebijakan publik INAPRO Foundation, dalam diskusi di UII Yogyakarta, pada Jumat (20/10).
Analisa itu sampaikan Gusti Anggoro, mengingat terdapat kebuntuan politik dalam Koalisi Indonesia Maju yang hingga saat ini belum mengusulkan nama Cawapresnya. Selain itu, majunya Erlangga menjadi Capres 2024 merupakan amanat dan keputusan musyawarah nasional (Munas) pada 2019, yang dikuatkan lagi lewat rapat pimpinan nasional (Rapimnas) pada 2021.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia Tandjung menjelaskan bahwa hal yang berkaitan dengan Pilpres termaktub dalam dua pasal hasil Munas. Pasal pertama adalah menegaskan bahwa Partai Golkar harus mengikuti Pilpres 2024, baik sebagai calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres).
Gusti menambahkan, peluang terbentuknya poros keempat pada Pilpres 2024 masih sangat terbuka.
"Pasalnya, hingga saat ini Prabowo Subianto bersama Koalisi Indonesia Maju (KIM), tidak kunjung mendeklarasikan nama bakal cawapres," ujarnya.
Padahal, dua bakal capres lain, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo sudah mendaftar ke KPU RI sebagai peserta Pemilu 2024.
Direktur INAPRO ini menilai bahwa penentuan bakal cawapres Prabowo terbilang alot, sehingga tidak kunjung diumumkan.
"Sehingga saya menilai peluang Golkar untuk mencapreskan Erlangga masih sangat mungkin, terlebih bila menggandeng Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), selaku Ketum Demokrat," tegasnya.
Menurutnya, lahirnya poros baru dalam Pilpres 2024, masih sangat mungkin.
“Saya meyakini duet Airlangga-AHY memiliki peluang menang, karena mesin politik dua partai ini bisa bekerja lebih maksimal,” pungkasnya. (tia)