Oleh: Muhammad Faizin
SUARA NEGERI | JAKARTA — Hari Guru Nasional tahun 2023 menjadi momentum penting untuk merenungkan peran guru dalam menghadapi tantangan zaman, khususnya dalam era digital yang terus berkembang pesat. Sebagai garda terdepan dalam mendidik generasi penerus, guru dihadapkan pada tugas kompleks yang melibatkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (moral), dan psikomotor (skill, keterampilan).
Perlu disadari bahwa guru bukanlah sosok yang hanya menyampaikan materi pelajaran dan mentransfer pengetahuan kepada anak didik. Ia juga adalah sosok yang berperan sebagai pembimbing dan teladan bagi siswa. Guru memiliki fungsi utama untuk membentuk karakter dan membantu peserta didik mengembangkan potensi diri.
Tugas guru bukan hanya mengajar agar anak pintar, namun juga mendidik agar anak menjadi baik. Namun seiring dengan perkembangan teknologi paradigma pendidikan juga sudah mulai mengalami perubahan dan pergeseran.
Jika dulu guru berperan sebagai sumber utama informasi, kini sumber informasi bisa dengan mudah diakses di internet sehingga guru cenderung fokus pada pembimbingan, pemecahan masalah, dan pengembangan keterampilan kritis. Dan yang terpenting dari itu adalah sebagai sosok teladan dalam membentuk pola pikir dan karakter siswa.
Dalam era digital, teknologi telah mengambil peran dalam menyajikan informasi dan melatih keterampilan kognitif. Guru harus beradaptasi dengan perubahan ini, menggeser fokusnya ke arah pembimbingan, interpretasi, dan analisis. Mengutip pernyataan Prof Moh Mukri, Ketua PBNU Bidang Pendidikan, guru bukan hanya orang yang berada di depan murid untuk mentransfer ilmu, namun mereka adalah sosok yang berjasa bagi setiap individu melalui transfer nilai dan moral.
Untuk menjadi guru yang adaptif terhadap perkembangan zaman dan juga transformatif mengikuti tren zaman, guru harus merevitalisasi tugas pokok dan fungsi guru itu sendiri. Fungsi guru tidak boleh berganti misalnya hanya fokus pada hal administratif karena akan kehilangan waktu untuk mengembangkan potensi dan kompetensi diri.
Setidaknya ada 4 kompetensi yang perlu diasah oleh para guru yakni, pertama kompetensi pedagogik dimana guru harus terus meningkatkan pemahaman terhadap metode mengajar yang efektif, memahami kebutuhan individual siswa, dan mampu mengadaptasi strategi pembelajaran sesuai perkembangan zaman.
Kedua, kompetensi sosial yakni membangun hubungan yang positif dengan elemen-elemen terkait. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Ketiga, kompetensi kepribadian yang memberi teladan dan panutan bagi siswa dengan menunjukkan kepribadian seperti integritas dan empati yang dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada siswa untuk mengembangkan karakter yang positif.
Keempat, kompetensi profesional dengan terus menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan tren pendidikan dalam bentuk melibatkan diri dalam kegiatan profesional seperti pelatihan, seminar, atau penelitian dapat memperbarui pengetahuan dan keterampilan guru, sehingga mereka tetap relevan dan kompeten.
Meskipun teknologi dapat membantu dalam mentransfer pengetahuan, peran guru dalam mengajarkan nilai-nilai moral dan etika tetap tak tergantikan. Mereka berperan sebagai model yang menginspirasi dan membimbing siswa dalam mengembangkan karakter dan kepribadian yang baik. Tantangan utama yang dihadapi guru di era digital adalah mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum tanpa mengorbankan interaksi manusiawi. Mereka perlu memastikan bahwa penggunaan teknologi tidak mengurangi kualitas pendidikan kepribadian personal.
Dalam konteks moral, guru dihadapkan pada tantangan mengajarkan nilai-nilai etika di tengah maraknya pengaruh negatif dari dunia maya. Anak didik sering kali terpapar pada konten yang tidak sesuai, sehingga guru harus meningkatkan upaya untuk membentuk karakter yang kuat dan etis. Mudah menyerah, minimnya sopan santun, dan labilnya emosi pelajar saat ini menjadi dampak yang rentan ‘menyerang’ dan perlu disikapi oleh guru.
Mengutip data Kementerian Kesehatan RI pada 2023, gangguan kesehatan mental atau depresi merupakan masalah kejiwaan yang rentan terjadi pada anak remaja. Sebanyak 6,1 persen penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental. Terdapat paradoks pada kesehatan remaja.
Di satu sisi secara fisik masa remaja merupakan periode paling sehat sepanjang hidup dari segi kekuatan, kecepatan, kemampuan penalaran, lebih tahan terhadap kondisi dingin, panas, kelaparan, dehidrasi dan berbagai jenis cedera.
Namun justru angka kesakitan dan kematian meningkat hingga 200 persen di masa remaja akhir-akhir ini. Hal ini disebabkan salah satunya oleh ketidakmampuan dalam mengendalikan perilaku dan emosi yang mengakibatkan kesakitan dan kematian. Anak remaja di era digital, dalam hal ini pelajar, sulit dipahami karena mengalami maturasi lebih cepat dalam otak mereka.
Otak remaja berkembang dalam keadaan konstan yang berarti remaja lebih cenderung melakukan perilaku berisiko dan implusif, kurang mempertimbangkan konsekuensi dibanding orang dewasa. Hal ini penting diperhatikan guru dan juga orang tua untuk membimbing dan menjadi panutan para remaja dalam membangun kecerdasan emosional dan mengambil pilihan yang lebih sehat.
Guru perlu menyadarkan anak didiknya untuk mengevaluasi risiko dan mengantisipasi konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil dan juga mengembangkan strategi untuk mengalihkan perhatian dan energi ke aktivitas yang lebih sehat agar kesehatan mental juga terjaga.
Guru ideal di masa depan adalah mereka yang mampu menyelaraskan pendidikan dengan perkembangan teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai moral dan perkembangan psikologi anak didik. Mereka harus terus mengembangkan keterampilan digital, memahami perubahan dalam pola pikir siswa, dan tetap konsisten dalam mendidik moralitas dan mental.
Oleh karena itu, peran guru tetap relevan dan bermakna di tengah dinamika zaman. Guru tidak hanya menjadi pengajar yang andal, tetapi juga pembentuk karakter yang membawa dampak positif bagi kemajuan masyarakat dan bangsa. Tak kalah penting pula bahwa guru harus tetap belajar untuk memaksimalkan diri dan memberikan yang terbaik untuk anak didik.
Selamat Hari Guru Nasional 2023. Guru Pembelajar, Bahagia Mengajar. Semoga.
Muhammad Faizin, Guru MAN 1 Pringsewu, Provinsi Lampung
Sumber: NU