SUARA NEGERI | SELAYAR — Sejumlah pedagang di kawasan wisata Taman Pusaka Selayar berharap ada perubahan signifikan yang dapat mendorong roda ekonomi berubah lebih baik lagi. Mereka berharap "kabinet baru" Selayar kelak, benar-benar diarahkan pada upaya peningkatan secara ekonomi.
Guna merekam denyut nadi ekonomi rakyat bawah, utamanya para pedagang dan pelaku UMKM, Suara Negeri menyambangi mereka dalam satu pekan terakhir ini.
"Selayar harus ada perubahan, karena saya sudah lama disini, sekitar 6 - 7 tahun lamanya, masih seperti ini," kata Ikki, seorang pedagang buah di Kawasan Wisata Taman Pusaka, pada Jumat (6/9) sore.
"Intinya bagaimana ada perubahan yang bisa dinikmati masyarakat kecil, langsung di bawah," imbuhnya.
Pria asal Makassar yang lama bermukim di Selayar ini menyebut titik ekonomi rakyat menjadi kunci, jika Selayar ingin maju dan setara dengan Kabupaten yang lain.
Sebab, kata dia, jika begini terus dan tidak ada perubahan maka akan tak baik bagi ekonomi kami, utamanya para pedagang disini.
"Itu kawan saya di sebelah, malah sudah tutup (tokonya, red) karena tak bisa lagi bertahan berusaha, apalagi yang mau diharapkan," ujarnya, lirih seraya menunjukkan ke arah toko yang tutup tersebut.
Alasan tutup toko, menurutnya karena pembeli berkurang, sementara daya beli masyarakat juga tak terlalu menggembirakan.
Ikki menambahkan, kondisi ekonomi menunjukan penurunan dalam masa 3-4 tahun terakhir.
"Dulu pertama masuk (disini) bagus, ada saja tamu, atau turis yang berbelanja, mereda datang sambil menikmati wisata disini, lalu membeli. Hal-hal seperti itu tidak lagi kita rasakan. Kondisi ini, agar ekonomi rakyat berubah, memang harus ada perubahan," harapnya.
Harapan saya, lanjut Ikki, ya harus ada perubahan agar masyarakat begini, bagaimana tho baiknya apa di kelola kembali, ditata kembali pengelolaan (taman pusaka) area wisata disini agar bisa hidup, roda ekonomi pedagang juga bisa hidup. Sehingga agar ada hasil yang bisa dirasakan oleh para pedagang.
Pengelolaan yang dimaksud Ikki, misalnya Deperindag ikut menfasilitasi perbaikan area obyek wisata disini, atau bisa juga dengan pembentukan koperasi yang mendukung usaha rakyat, pedagang atau pelaku UMKM lainnya.
Umumnya para pedagang di Taman Wisata Pusaka adalah warga asli Selayar dan kaum pendatang dari berbagai daerah. Sayangnya, meski jumlahnya cukup banyak, mereka belum memiliki wadah, kelompok komunitas atau semacam koperasi pedagang.
Pada bagian lain, Ikki berharap kepada pemerintahan yang baru nanti agar memperhatikan kebersihan area wisata taman pusaka. Dengan kebersihan yang baik dan ditata kembali, Ia yakin akan dapat meningkatkan tingkat kunjungan.
Terkait lampu penerangan di lokasi wisata, menurutnya sudah mencukupi. Sejauh ini, kata dia, tak ada masalah.
Sebenarnya pak, imbuh Ikki, kami pedagang disini berharap bisa lebih diperhatikan lagi. Misalnya, tempat ini ditata lagi, hingga menarik minat pengunjung yang lain.
Hal yang nyaris sama juga disampaikan Ibu Nur'afsiah, pedagang kopi dikawasan pantai itu. Menurutnya, kondisi sulit ekonomi seperti sekarang ini harus pandai-pandai mensiasati soal keuangan.
"Ibaratnya pak, kami disini bisa bertahan saja Alhamdulillah. Karena banyak juga kawan yang mengalami nasib lebih parah," katanya.
Namun sebagai rakyat kecil, katanya lagi, kami tak bisa berbuat banyak. Bisa berjualan saja Alhamdulillah, untuk makan keluarga di rumah tak kekurangan, walaupun dengan apa adanya.
"Harapan kami sebagai pedagang disini, mohonlah pak agar tempat wisata ini bisa ditata kembali. Sayang ji, icon wisata Selayar ini seperti tak terurus," ujarnya.
"Coba bapak lihat itu," ucap Nur seraya menunjukkan ke arah bangunan tanpa atap yang tampak gersang.
"Sudah dua tahun, kurang lebihnya, seperti itu, lalu menariknya dimana? Padahal, jika diperbaiki pastinya akan banyak yang tertarik untuk datang. Jika ramai, pasti efeknya akan ada rejeki bagi kami-kami ini," tukasnya.
Sebagaimana diketahui terdapat beberapa bangunan yang difungsikan untuk istrahat, atau semacam gazebo di lokasi wisata tersebut memang tak lagi memiliki atap, sehingga hanya terlihat tiang-tiang tonggak bangunan.
Menurut keterangan sejumlah pedagang, atap bangunan tersebut rusak dan berterbangan usai dihantam ombak dan angin barat pada dua tahun yang lalu. Anehnya, belum ada upaya perbaikan dari instansi terkait. (R/01)