SUARA NEGERI | SELAYAR — Presiden Prabowo Subianto memastikan program makan bergizi gratis (MBG) bisa berdampak baik pada perekonomian, utamanya di wilayah pedesaan.
Bahkan, ia meyakini program makan bergizi ini bisa meningkatkan jumlah uang yang beredar di desa mencapai tujuh kali lipat dari dana desa saat ini yang dianggarkan sebesar Rp 1 miliar.
"Dana desa sekarang Rp 1 miliar per tahun, dengan program MBG nanti uang yang beredar naik 5-7 kali lipat," kata Prabowo dalam Musrenbangnas Dalam Rangka Penyusunan RPJMN 2025-2029 di Kantor Bappenas, pada Senin (30/12).
Guna mendukung Program Pemerintah tersebut, Camat Pasilambena, Andi Irwan, S.Pd., MM, menyampaikan perkembangan sektor pertanian di wilayahnya pada tahun 2024.
Menurutnya, jagung dan cabai menjadi komoditas utama yang mendominasi pertanian, sementara sebagian warga juga mulai mengembangkan tanaman sayuran seperti kangkung dan terong.
Namun, kendala muncul dari ternak sapi yang sering menjadi hama bagi lahan pertanian warga. Untuk mengatasi hal ini, Camat Andi Irwan mengarahkan petani agar mulai beralih ke peternakan ayam (potong, ras, koper, dan KUB).
Target Produksi Jagung 2025
Untuk tahun 2025, Camat Andi Irwan menargetkan produksi jagung di Pasilambena mencapai 50 hingga 200 ton.
Rencana pengelolaan lahan seluas 6 hektare dibagi menjadi 20 petak dengan melibatkan 10 tenaga kerja diproyeksikan menghasilkan pendapatan minimal Rp 200 ribu per petak per hari.
Dengan perhitungan sederhana:
20 jenis tanaman di antaranya,
1. Tomat
2. Wortel
3. Kentang
4. Bayam
5. Labu siam
6. Kacang panjang
7. Terong
8. Pepaya
9. Cabe rawit
10. Cabe besar
11. Cabe keriting
12. Pisang
13. Ubi jalar
14. Singkong
15. Timun
16. Kangkung
17. Bawang merah
18. Bawang putih
19. Jagung
20. Sawi
Dengan masa 30 hari panen
Potensi pendapatan total Rp 120 juta per bulan
Biaya Operasional
Gaji tenaga kerja: Rp 14 juta
Benih: Rp 10 juta
Obat-obatan: Rp 10 juta
Pagar: Rp 10 juta
Biaya panen: Rp 10 juta
Total biaya operasional: Rp 54 juta
Hasil Pertanian Hortikultura 2024
Hasil kebun hortikultura seluas 2,5 hektare dengan sistem tumpang sari diharapkan mampu memberikan pendapatan hingga Rp 480 juta dengan rincian:
1. Jagung kuning: Rp 120 juta
2. Cabai rawit: Rp 100 juta
3. Cabai keriting: Rp 100 juta
4. Cabai besar: Rp 100 juta
5. Pepaya: Rp 25 juta
6. Pisang: Rp 15 juta
Total Biaya Operasional: Rp 80 juta
Laba Bersih: Rp 400 juta
Singkong Thailand, Solusi Pendapatan Cepat
Singkong jenis Thailand juga menjadi potensi besar dengan masa panen hanya 3–4 bulan. Dalam 1 hektare lahan, diproyeksikan hasil panen mencapai 30 ton dengan harga Rp 2.500 per kilogram, menghasilkan Rp 75 juta sekali panen. Jika dilakukan dua kali panen dalam setahun, potensi pendapatan mencapai Rp 150 juta.
Dalam keterangannya ke pewarta Selayar, Camat Andi Irwan mengajak seluruh warga Pasilambena untuk terus bangkit dan berinovasi demi ketahanan pangan sekaligus peningkatan ekonomi.
Ia juga menyebut bahwa hasil pertanian ini dapat digunakan untuk membangun infrastruktur desa tanpa bergantung pada APBD kabupaten atau desa.
"Mari, sahabat tani Pasilambena, bersama-sama kita wujudkan kemandirian pangan dan ekonomi!" kata dia, kemarin. (NoerKamar/red)