CLOSE ADS
CLOSE ADS

Pemalang Kedodoran Atasi Sampah, Perlukah Bupati Study Banding Ke Singapore?

SuaraNegeri.com
28 Januari 2025 | 14:34 WIB Last Updated 2025-01-28T07:34:07Z

SUARA NEGERI | PEMALANG — Bayangkan sebuah kawasan TPA yang hijau, indah, bersih, dan tertata rapi, bahkan menjadi objek wisata ekologi. Itulah pemandangan yang bisa kita temukan di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Semakau, Singapura. 

TPA ini dipenuhi pepohonan, berbagai jenis burung, dan kekayaan keanekaragaman hayati. Dikelilingi oleh terumbu karang yang indah, yang dapat terlihat dari beningnya air laut.

TPA Semakau terletak sekitar delapan kilometer di sebelah selatan Singapura. Kawasan seluas 350 hektar ini dibangun di lepas pantai yang menghubungkan Pulau Semakau dan Pulau Sengkang. Strukturnya dibangun untuk memastikan sampah tidak merembes ke laut lepas dan dapat beroperasi secara ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Pulau Semakau merupakan satu-satunya TPA di Singapura. TPA ini turut berkontribusi menjadikan negara ini dikenal di seluruh dunia sebagai negara kota yang bersih. TPA ini dirancang, dibangun, dan dikelola oleh National Environment Agency of Singapore (NEA).

Sampah yang terkumpul melewati serangkaian proses pengolahan sebelum dikirim ke TPA. Sampah dibakar terlebih dahulu di insinerator, sehingga volumenya berkurang sekitar 90%. Proses pembakaran ini juga digunakan untuk menggerakkan turbin guna menghasilkan energi listrik.

Prinsip utama dari keseluruhan proses ini adalah mengubah sampah menjadi energi. Abu hasil pembakaran kemudian diangkut ke TPA Semakau dengan kapal tongkang, kemudian diturunkan dengan ekskavator di titik-titik yang telah ditentukan. Abu sisa diratakan dengan buldozer, kemudian ditutup dengan tanah.

Akhirnya, rumput dan tanaman tumbuh di permukaan TPA, berubah menjadi hamparan hijau. Lahan hijau tersebut secara alami mengundang berbagai jenis burung dan serangga langka. Kini, TPA Semakau bahkan telah menjadi salah satu lokasi terbaik di Singapura untuk mengamati burung.

TPA Semakau dibangun pada tahun 1999, mampu menampung hingga 63 juta meter kubik sampah, dan diperkirakan akan terisi penuh pada tahun 2035. NEA mengantisipasi kondisi ini dengan memimpin penelitian dan pengembangan untuk memperluas kapasitas TPA Semakau. Upaya ini juga akan membantu menghindari potensi biaya pembangunan tempat pembuangan sampah lepas pantai lainnya dalam waktu dekat.

Tempat pembuangan sampah Semakau terbuka untuk pengunjung. Tempat ini juga terbuka untuk observasi guna mempelajari pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Semakau.

Sistem pengelolaan sampah terpadu Singapura berfokus pada 3R; gunakan sesuai kebutuhan (reduce), gunakan untuk tujuan yang sama atau baru (reuse), dan ubah sampah menjadi produk yang bermanfaat (recycle), menuju visi Negara Bebas Sampah.

Literasi diatas sengaja penulis paparkan agar memberikan energi pemikiran positif secara global, bahwa sampah tidak melulu soal polusi dan kotor. Jika digarap serius dan smart ternyata sampah justru memberikan solutif yang relevan dengan trend kekinian.

Bahkan, Singapore berhasil memperluas daratan justru dari tumpukan sampah yang diolah kemudian dicampur pasir hingga menjadikan bagian dari terciptanya reklamasi pantai.

Ilustrasi itu barangkali bisa menjadi solusi bagi Pemkab Pemalang yang selalu menghadapi problem, utamanya menghadapi amukan dan tolakan warga yang tidak ingin wilayahnya dijadikan TPA.

Lalu, mahalkah anggaran untuk ini semua? Ternyata tidak, bahkan menurut Robert Nick Jr, konsultan TPA setempat, anggaran itu dia wujudkan dimulai dari anggaran yang tidak lebih dari 100 miliar (saat itu).

Jika digabungkan dari beberapa titik TPA/TPST yang bakal di bangun di Pemalang, sepertinya nilainya tak jauh berbeda. 

Semoga menginspirasi, atau jika dimungkinkan Bupati Pemalang (Pak Mansur/Pak Anom) bisa Study Banding terlebih dahulu ke Singapore? (Himawan)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pemalang Kedodoran Atasi Sampah, Perlukah Bupati Study Banding Ke Singapore?

Trending Now

Iklan