SUARA NEGERI | GAZA — Sedikitnya 62 orang dilaporkan tewas saat Israel menggempur Gaza dari utara ke selatan, dari jumlah tersebut terdapat puluhan anak-anak. Mereka berada di tenda dan diserang Israel saat kondisi kelaparan.
Pejabat kesehatan mengatakan, sedikitnya 62 orang tewas dalam sehari, sementara puluhan ribu orang menghadapi pengungsian paksa berdasarkan perintah terbaru Israel.
Serangan bom Israel yang kembali terjadi di Jalur Gaza telah menewaskan puluhan warga Palestina, termasuk anak-anak, sementara tentara Israel telah mengeluarkan perintah pemindahan paksa di wilayah yang terkepung tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan, sedikitnya 62 orang tewas dalam serangan Israel selama periode pelaporan 24 jam terakhir. Sedikitnya 23 orang, termasuk tujuh anak-anak, tewas dalam serangan semalam, menurut sumber medis.
Kantor Berita Al Jazeera melaporkan, berbagai daerah di seluruh Jalur Gaza berada di bawah tembakan artileri berat dan serangan udara.
Di Gaza selatan, sedikitnya lima warga Palestina tewas dalam serangan yang menghantam dua tenda yang menampung orang-orang terlantar di Khan Younis, katanya.
Delapan warga Palestina lainnya tewas dalam serangan terhadap sebuah rumah tinggal di Bureij di Gaza tengah sementara lebih banyak serangan dilaporkan di daerah utara, termasuk di Kota Gaza dan Jabalia.
Di Beit Lahiya, juga di utara, serangan Israel menewaskan sedikitnya tiga warga Palestina, termasuk seorang gadis berusia tiga tahun.
Stok Pangan PBB Kosong
Sementara dari Jalur Gaza dilaporkan gudang-gudang yang dioperasikan oleh badan-badan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah kehabisan persediaan bahan pokok.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Program Pangan Dunia (WFP), dan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur (UNRWA) telah mengonfirmasi bahwa makanan, bahan bakar, dan pasokan medis sekarang sangat langka. Kondisi mendorong wilayah Gaza ke dalam fase kelaparan yang nyata.
Dalam sebuah laporan eksklusif yang diperoleh Kantor Berita Sanad, sumber-sumber PBB mengungkapkan bahwa gudang-gudang OCHA, yang dulunya merupakan jalur utama bagi bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza, sekarang sudah kosong.
Hal ini menandai titik balik yang suram bagi wilayah yang terkepung tersebut, yang telah lama bergantung pada bantuan internasional untuk menopang populasinya yang berjumlah lebih dari dua juta orang.
“Jalur Gaza telah memasuki fase kelaparan yang nyata,” kata sumber senior PBB yang tidak ingin disebutkan namanya, dikutip dari laman Days of Palestine, Kamis (10/4/2025)
“Kami tidak lagi berada di ambang pintu kelaparan, kami sedang mengalaminya,” ujar seorang senior PBB.
Memperparah krisis ini, WFP mengkonfirmasi bahwa stok makanan dan cadangan bahan bakar telah habis.
Seorang juru bicara WFP mengatakan kepada Sanad bahwa ketahanan pangan hampir 100 persen tidak ada, melukiskan gambaran mengerikan tentang kelaparan yang meluas di seluruh daerah Gaza, Palestina.
Adnan Abu Hasna, penasihat media untuk UNRWA, menggemakan peringatan ini dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Sanad.
Ia mengungkapkan bahwa pasokan tepung badan tersebut hanya akan bertahan beberapa hari lagi, sementara kekurangan obat-obatan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya telah menyebabkan kehidupan di Gaza runtuh di bawah beban kekurangan.
“Kami dapat dengan yakin mengatakan bahwa Gaza telah memasuki fase kelaparan,” kata Abu Hasna.
“Situasinya memburuk dengan cara yang berbahaya dan belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah hari-hari tergelap dan paling suram yang pernah dihadapi Gaza,” ujarnya. (sumber: Al Jazeera)